PERENCANAAN
TULISAN ILMIAH
A.
Pemilihan Topik Karangan
Dalam
kehidupan sehari-hari kata tema sering dikacaukan dengan topik.
Samakah tema dengan topik?
Scr
etimologis, tema à ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu
yang telah ditempatkan’. Tema brsl dari kata Yunani tithenai
yg berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’; sdgkn topik brsl dari
kata Yunani topoi yang berarti ‘tempat’ (Keraf, 2004: 107). Menurut
Aristoteles, topik = ‘topoi’ à ‘tempat berlangsungnya suatu peristiwa.
Scr khusus
(dalam karang-mengarang), tema dapat dilihat dari 2 sudut:
a.
dari
sudut karangan yang telah selesai à tema: suatu amanat utama
yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Hal ini dpt diketahui
setelah kita membaca tulisan seseorang (cerpen, novel), mis: “Karena kuatnya
pengaruh adat istiadat, maka setiap perjuangan muda-mudi utk menentukan sendiri
teman hidupnya di sekitar tahun 20-an, akan selalu menemui kegagalan”
b.
dari segi proses penulisan à tema: suatu perumusan dari topik
(pokok pembicaraan ) yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan
yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema hanya mrpkn gagasan-gagasan atau amanat yg
ingin disampaikan pada para pembaca, belum dijalin dengan para pelaku, tempat
sbg ruang peristiwa, dan interaksi antartokoh.
Masalah pertama yang dihadapi penulis utk merumuskan tema sebuah
karangan adalah topik atau pokok pembicaraan.
Topik, a.l.: pengalaman-pengalaman di masa lampau, cita-cita, karier,
teknologi, kebudayaan, mata pencaharian, Ipteks, dll. Jadi, topik lebih
luas daripada tema.
Bentuk-bentuk
tulisan:
1. Narasi à mengesahkan suatu peristiwa atau
kejadian scr kronologis, misalnya: dalam biografi, novel, sejarah, dsb.
2.
Deskripsi à
menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tentang
keadaan Kota Solo, tentang gedung-gedung bersejarah, tentang senja di
pelabuhan, dsb.
3.
Eksposisi à
memberikan penjelasan atau informasi, misalnya: bagaimana beternak ayam,
bagaimana menanam lombok, bagaimana membuat bahan bakar alternatif, dsb. Ada
corak lain dari tulisan ini, yaitu ekspositoris à menerangkan proses kerja suatu alat
atau barang, misalnya: bagaimana sebuah kapal selam tenggelam atau timbul;
bagaimana kerja sebuah mesin pemintal, mesin jahit, dsb.
4.
Argumentasi à
(tmsk ke dlm eksposisi), hanya sifatnya jauh lebih sulit karena harus dengan
mengadakan pengujian atau harus ada bukti-bukti. Biasanya menyangkut pemecahan
masalah. Misalnya: Apakah ciri-ciri pendidikan kita dewasa ini? Apakah
pendidikan wanita harus setaraf dengan pendidikan pria? Dalam hal ini,
bukti (evidence) harus lebih kuat daripada dugaan (hypothesis,
presumption).
Syarat-syarat
topik yang baik:
1. menarik
perhatian penulis sendiri
2. topik
yang digarap harus diketahui oleh penulisnya
3. jangan
terlalu baru à
tidak mungkin dijumpai dalam kepustakaan
4. jangan
terlalu teknis à
pemula akan kesulitan
5. jangan
terlalu kontroversial à menimbulkan kesulitan untuk bertindak objektif
B.
Pembatasan Topik
Setiap
penulis harus yakin bahwa topik yang dipilihnya harus cukup sempit dan
terbatas à pembatasan itu memungkinkan penulisnya yakin
dan percaya, karena apa yang ditulis benar-benar diketahui atau dikuasai.
Cara
membatasi sebuah topik:
1.
Tetapkanlah topik yang akan dikerjakan dalam suatu kedudukan sentral.
2.
Ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang ada pada kedudukan sentral tsb masih
dapat diperinci lagi.
3. (Kalau
dapat dirinci) tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih.
4.
Ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lagi. (Demikian,
ajukanlah berulang-ulang/terus-menerus sampai diperoleh sebuah topik yang
sangat khusus)
Perumusan
Masalah dan Tujuan yang akan Dicapai
Perumusan
masalah dalam karangan tidak lain adalah perumusan tema karangan. Agar lebih
menonjol apa yang akan ditulis, maka perumusan masalah selalu ditulis pada awal
kerangka karangan yang merupakan perincian dari perumusan itu. Perumusan itu
dapat berbentuk satu kalimat, dapat berbentuk sebuah alinea, atau rangkaian
dari beberapa alinea. Untuk itu diperlukan adanya perumusan tesis.
Tesis à tema yang berbentuk satu kalimat
dengan topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi yang bertindak
sebagai gagasan sentral kalimat tadi.
Apabila
dicermati, gagasan sentral sebuah tesis adalah subjek (S), predikat (P), kalau
ada objek (O) kalimat tadi.
Sebuah tesis biasanya berbentuk satu kalimat, entah kalimat tunggal, entah kalimat majemuk bertingkat (subordinatif). Tesis tidak boleh berupa kalimat majemuk setara (koordinatif) à akan muncul dua gagasan sentral. Contoh-contoh membuat perumusan dari tesis itu, kedudukan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan utama kalimat.
Sebuah tesis biasanya berbentuk satu kalimat, entah kalimat tunggal, entah kalimat majemuk bertingkat (subordinatif). Tesis tidak boleh berupa kalimat majemuk setara (koordinatif) à akan muncul dua gagasan sentral. Contoh-contoh membuat perumusan dari tesis itu, kedudukan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan utama kalimat.
1. a. Topik
: Pengajaran kemahiran bahasa di
Perguruan Tinggi
b. Tujuan: Menunjukkan betapa pentingnya penguasaan
bahasa yang baik bagi seorang mahasiswa.
c. Tesis :
Pengajaran kemahiran bahasa perlu diberikan di Perguruan Tinggi, karena dengan penguasaan bahasa yang baik,
seorang mahasiswa dengan mudah dapat memahami semua literatur yang diwajibkan,
dan dapat pula dengan lancar serat teratur mengungkapkan pikirannya, baik dalam
karya-karya tulis maupun dalam diskusi-diskusi.
2. a. Topik
:
Pendidikan di zaman penjajahan dan dewasa ini
b. Tujuan : Menunjukkan perbedaan antara kedua sistem
pendidikan tersebut.
c. Tesis : Perbedaan antara sistem pendidikan di zaman
penjajahan dan sistem pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari berbagai aspek,
antara lain aspek politik, kebudayaan, sosial dan ekonomi.
D.
Pengumpulan Bahan-bahan
Bahan-bahan
untuk menyusun karangan dapat diperoleh dari berbagai sumber melalui berbagai
metode, antara lain:
1.
Wawancara
2. Angket
3.
Observasi atau penelitian lapangan
4.
Penelitian atas pendapat
5.
Penelitian kepustakaan
E.
Penyusunan Kerangka Karangan
Kerangka
karangan (outline) à suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar suatu karangan yang akan dikerjakan. Kerangka karangan mrpkn miniatur
atau prototype sebuah karangan.
Manfaat
kerangka karangan:
1. untuk
menyusun karangan secara teratur
2.
memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
3.
menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
4.
memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
Pola
susunan kerangka karangan:
1. Pola
alamiah:
a.
berdasarkan urutan waktu (kronologis)
b.
berdasarkan urutan ruang (spasial)
c.
berdasarkan urutan topik yang ada.
2. Pola
logis:
a. Urutan
klimaks dan antiklimaks
b. Urutan
kausal
c. Urutan
pemecahan masalah
d. Urutan
umum-khusus
e. Urutan
familiaritas
f. Urutan
akseptabilitas (penerimaan)
F.
Pengembangan Kerangka Karangan
Kerangka
yang sudah ada dikembangkan secara runtut dengan sistematika penulisan yang
ada.
Referensi:
Keraf,
Gorys. 2004. Komposisi. Ende Flores:
Nusa Indah.
0 komentar:
Posting Komentar